Kopi TIMES

Kepemimpinan Digital dan Masa Depan Pendidikan Kita

Selasa, 06 April 2021 - 07:03
Kepemimpinan Digital dan Masa Depan Pendidikan Kita Dr. M. Hasan Chabibie, Praktisi pendidikan, Plt. Ketua Umum Mahasiswa Ahlit-Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyyah (MATAN)

TIMES SIBOLGA, JAKARTA – Indonesia merupakan laboratorium digital yang berpotensi besar. Jumlah pengguna internet yang demikian massif di negeri kita, merupakan peluang sekaligus tantangan. Indonesia menjadi market digital yang sangat luas, namun perlu percepatan inovasi dan peningkatan sumber daya agar bisa menjadi key player dalam inovasi teknologi digital saat ini.

Survey dari Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2019 hingga kuartal II 2020, mengungkapkan bahwa pengguna internet di negara ini sejumlah 196,7 juta jiwa. Data ini meningkat 23,5 juta (8,9%) dibandingkan tahun 2019 lalu.

Dari data ini, jumlah pengguna internet di Jawa Barat menempati porsi paling banyak, sejumlah  35,1 juta orang. Sementara Jawa Tengah 26,5 juta orang dan Jawa Timur sejumlah 23,4 juta orang. Data pengguna internet ini mengungkapkan betapa tren kenaikan terus terjadi, sekaligus juga menegaskan Indonesia sebagai market bisnis internet dan laboratorium inovasi digital yang demikian besar.

Di Asia Tenggara, pengguna internet melonjak drastis selama 2020 menjadi 40 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 10 juta. Pandemi meningkatkan aktifitas orang untuk menggunakan teknologi digital, naik 4 kali lipat. Indonesia mencatat penetrasi internet hingga Mei 2020 sebesar 62,6 persen, lebih tinggi daripada Kamboja, Laos dan Myanmar.

Survey Badan Pusat Statistik 2020 juga menampilkan gambaran penting penduduk Indonesia, bahwa generasi milenial dan Z menempati porsi besar. Generasi milenial sejumlah 25,87 persen, sedangkan generasi Z menempati angka prosentase 27,94 persen. Dari 270,20 juta jiwa penduduk Indonesia, generasi milenial dan Z menempati porsi lebih dari 50 persen. Kedua lapis generasi ini sangat aktif di media sosial, menjadi player dan konten kreator, bahkan ikut mencipta tren baru dalam ekonomi digital. Dalam konteks ekonomi, politik dan leadership, kita tidak bisa mengesampingkan perhatian terhadap kedua generasi digital native ini.

Dengan pertumbuhan pesat teknologi digital saat ini, penting untuk mengembangkan kepemimpinan yang adaptif dengan zaman. Digital leadership merupakan kecakapan utama untuk membangun inovasi sekaligus mengeksekusi kebijakan-kebijakan strategis dalam perkembangan teknologi digital saat ini.

Kepemimpinan digital bukan merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Kecakapan ini tumbuh dari kepekaan mengelola konteks sekaligus memahami peluang di belantara inovasi digital saat ini. Ketika sumber informasi dan pembelajaran menjadi demikian melimpah, kepemimpinan digital menjadi sangat penting untuk memilih fokus serta memetakan tujuan. 

Menjadi pemimpin di era digital juga harus siap berkolaborasi dan beradaptasi. Kolaborasi merupakan kunci untuk memastikan program-program yang dieksekusi bisa melibatkan banyak pihak, hingga menghemat energi dan meringkas pekerjaan. Sinergi tidak sekedar menggarap pekerjaan bersama, tapi memastikan dari puzzle-puzzle visi yang disepakati bersama bisa saling terkait dan menguatkan. 

Sementara, keluwesan untuk adaptasi seraya menyerap hal-hal baru yang terus muncul di sekitar kita, merupakan kecakapan penting untuk memastikan kita bertumbuh seiring waktu. Pemimpin di era digital bukan pemimpin pada zaman dahulu dengan perspektif kuno yang mementingkan kekuasaan ataupun pengaruh atas wilayah dan benda. Namun, pemimpin masa kini, di era digital saat ini, menjadi dirijen untuk mengorkestrasi sumber daya dan potensi-potensi besar yang ada. 

Jika pemimpin di era lampau terbiasa dilayani, maka pemimpin di zaman digital harus menyerap, mendengar, melayani. Kita berjalan bersama dengan tim, tumbuh bersama sebagai sebuah kekuataan. Maka, kecerdasan mengoptimalkan potensi, kepekaan mengasah keahlian, mengelola emosi, sekaligus menempatkan setiap orang pada keahlian terbaiknya, merupakan kunci kepemimpinan. 

Para pemimpin di era digital harus mampu mengeluarkan talenta terbaik dari timnya, seraya mendorong setiap orang berani keluar dari comfort zone, membuka kerangka zona nyaman. Karena, terlalu lama berada di zona nyaman itu menghambat potensi, menumpulkan inovasi, sekaligus berbahaya bagi keberlangsungan tim kerja. Maka, penting bagi setiap pihak untuk terus menerus mengasah kecakapan, belajar hal-hal baru untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, keahlian dan perspektif.

Menumbuhkan Kepemimpinan Digital 

Bagaimana strategi menumbuhkan kepemimpinan digital? Di tengah melimpahnya inovasi teknologi menumbuhkan kepemimpinan yang adaptif dengan perkembangan era digital menjadi sesuatu yang wajib. 

Survey dari MIT Sloan Management Review (2019) menunjukkan catatan penting: bahwa 22% dari responden menyatakan bahwa visi transformatif menjadi kunci. Sementara, 20% mengatakan betapa menjadi pemimpin yang melihat arah masa depan merupakan hal penting di era ini. 

Visi transformatif digambarkan kecerdasan pemimpin melihat perkembangan tren, menganalisa market/kompetisi, sekaligus juga mampu menangani tim dan mencari solusi ketika sedang terjadi turbulensi. Selain itu, kecakapan memprediksi, serta analisa yang jernih atas langkah-langkah di masa depan, menguatkan tim dalam berkompetisi di era digital.

Saat ini menggerakkan para guru dan pendidik agar memiliki kecakapan berupa kepemimpinan digital merupakan hal krusial. Kita perlu mendorong anak didik kita adaptif dengan teknologi, menggunakan internet untuk sumber belajar dan mengembangkan keahlian.

Menumbuhkan kepemimpinan digital juga relevan dengan gagasan Merdeka Belajar yang digaungkan Mas Menteri Nadiem Makarim. Merdeka Belajar mendorong mekanisme belajar yang progresif dengan mengoptimalkan sumber informasi yang diolah sebagai pengetahuan, keahlian, sekaligus visi masa depan. Kreatifitas dan kemandirian merupakan modal penting untuk terus belajar di era ini. Maka, penting mengembangkan skema pengetahuan untuk memaksimalkan inovasi digital sebagai peluang untuk mengembangkan sumber daya, bukan mengancam manusia. 

Karena itu, literasi digital di sekolah merupakan pembelajaran yang tidak bisa dielakkan. Pengembangan literasi digital dapat dikolaborasikan dengan pembelajaran lintas mata pelajaran. Guru sebagai pendidik sekaligus menjadi pemimpin dengan kecakapan digital leadership.

Selain itu, jejaring pengelola pendidikan juga harus melakukan transformasi dengan visi dan misi yang seirama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta arah kepemimpinan bangsa Indonesia. Dengan demikian, digital leadership tidak hanya berhenti pada gelombang perubahan semata, namun juga menjadi energi untuk menggerakkan visi keindonesiaan dan kebangsaan kita  (*).

* Dr. M. Hasan Chabibie, Praktisi pendidikan, Plt. Ketua Umum Mahasiswa Ahlit-Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyyah (MATAN), saat ini mengabdi sebagai Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbud.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

Pewarta :
Editor : Yatimul Ainun
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Sibolga just now

Welcome to TIMES Sibolga

TIMES Sibolga is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.